KOTA BIMA_KUPAS.COM. Kegiatan trabaser yang dihelat beberapa waktu lalu di Kota Bima sempat menuai sorotan miring dari berbagai kalangan. Sorotan terhadap kegiatan tersebut dikhususkan pada keadaan lingkungan serta mahluk lain yang dilintasi oleh para peserta trabaser pada Sabtu, 23 Februari 2019 lalu.
Hal ini seperti yang disaksikan oleh semua pengguna medsos bahwa adanya dugaan terhadap rusaknya tanaman mangrove, terumbu karang serta padang lamun sekitar pesisir pantai ule kota bima.
Sebagai partisipasi dan tanggung jawab secara bersama terhadap lingkungan, dimana tanaman mangrove merupakan salah satu tanaman yang dilindungi oleh negara melalui UU, Maka beberapa rekan-rekan media melakukan cek fisik terhadap dugaan tanaman mangrove yang dinilai telah rusak ke lokasi secara langsung.
Adapun yang hadir dalam pengecekan lokasi yang dimaksud diantaranya, pihak dinas terkait, perwakilan dari Kodim 1608 Bima, ketua panitia pelaksana ivent trabas serta puluhan para peserta trabaser kota bima yang tergabung dalam kepanitiaan.
Seperti yang kita saksikan saat ivent tersebut ratusan trabaser yang datang dari berbagai penjuru menggelar kegiatan melintasi jalan dan alam di sekitar Kota Bima. "Kegiatan ini melibatkan ratusan pengendara motor jenis trail dan juga status sosial yang beragam sehingga hal ini mengundang reaksi yang cukup luar biasa atas pemberitaan dari berbagai media masa edisi sebelumnya baik lokal maupun nasional bahkan internasional" ungkap Ketua panitia ivent.
M Nizar ST, pekerjaan wiraswasta selaku Ketua panitia pelaksana trail enduro comunity Kota Bima menyampaikan, Kegiatan yang sempat menjadi sorotan publik dan bahan perbincangan para Natizen tersebut di mana ratusan motor Trail melintasi pantai ule Keluran Ule Kecamata AsaKota itu dinilai telah merusak ekosistem mangrove yang ada di Sepanjang Pantai.
Hal ini sebagai pelaksana ivent, ketua panitia memberikan tanggapan atas sorotan tersebut. M. Nizar yang di mintai tanggapannya Selasa, (26/2/19) menjelaskan, sebenarnya jalur yang akan dilewati oleh para peserta trabaser bukan melintasi tanaman Mangrove yang dimaksud, karena jalur yang dirintis panitia awalnya sekitar 5 sampai 6 meter dari titik tanaman mangrove.
"jalur yang di lalui itu jauh dari mangrove yang ada, namun posisi air laut yang sedang pasang atau naik sehingga para trabaser yang belakang akhirnya melintasi di bagian Mangrove tersebut tetapi tidak menginjak batang pohon yang dimaksud karena para peserta melintasi celah dari tanaman" jelas Nizar.
"jalur yang di lalui itu jauh dari mangrove yang ada, namun posisi air laut yang sedang pasang atau naik sehingga para trabaser yang belakang akhirnya melintasi di bagian Mangrove tersebut tetapi tidak menginjak batang pohon yang dimaksud karena para peserta melintasi celah dari tanaman" jelas Nizar.
Bentuk kesadaran dan juga tanggung jawab sebagai pelaksana ivent, melihat adanya kritikan kami langsung berkoordinasi dengan pihak terkait yakni DLH dan juga pihak TNI melalui Kodim 1608 Bima. "Kami sudah mengecek langsung lokasi dengan DLH, perwakilan dari Kodim Bima serta rekan-rekan lain yang disaksikan oleh beberapa media bahwa tidak ada mangrove yang rusak maupun yang patah bahkan masih segar," imbuhnya.
Dianggap bahwa kami telah melakukan kesalahan terhadap apa yang sudah terjadi, Atas Nama Pribadi dan kepanatian kami meminta maaf yang setulusnya kepada seluruh masyarakat Kota Bima serta seluruh Natizen atas kejadian yang terjadi beberapa hari lalu. "Atas nama Pribadi dan Panitia kami mohon maaf karena ada para peserta trabaser yang melewati daerah mangrove tersebut, "Akunnya.
Nizar bahkan dengan tegas menyatakan, dalam waktu dekat akan melakukan kegiatan menanam pohon mangrove di Pantai tersebut. "kami punya komitme menambah tanaman Mangrove yang ada sekitar pantai itu dalam waktu dekat"
Kami sebagai trabaser di Kota Bima akan menambah pohon Mangrove di sekitar wilayah pantai yang ada khususnya pesisir pantai ule, dimana dari awal trabaser ini merupakan komunitas yang berjiwa sosial seperti kegiatan menanam. "jadi kami bukan sekedar bersenang-senag di atas gunung saja tetapi kami juga memiliki jiwa yang sama terhadap lingkungan" tutupnya.
Sementara disisi lain, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, Haris Hardinata yang dikonfirmasi mengatakan, sebagai salah satu instansi pemerintah yang memilki tanggung jawab terhadap lingkungan kami langsung melakukan survei di lokasi yang dimaksud. "hasil Survei di lokasi bersama perwakilan Kodim 1608 Bima, LSM dan Wartawan, tidak ada satupun Pohon Mangrove yang Rusak atau diinjqk oleh peserta trabaser". Ungkap Haris.
Haris juga mengakui bahwa pohon Mangrove yang ada di Lokasi tersebut hanya berjumlah puluhan dan masih utuh bahkan segar.
Masih sambungnya, kami selaku dinas terkait memberikan Apresiasi terhadap Media, dimana tanpa adanya pemberitaan media tidak mungkin ada tingkat kepedulian dari kita dan juga stakholder terhadap kerusakan lingkungan ini.
"Jumlah pohon Mangrove yang hidup saat ini dilokasi kegoatan hanya 40 pohon saja", Akunya.
"Jumlah pohon Mangrove yang hidup saat ini dilokasi kegoatan hanya 40 pohon saja", Akunya.
Lanjutnya, perlu juga kami sampaikan bahwa disekitar tanaman mangrove tidak terdapat padang lamun dan terumbu karang yang ada disana hanya pohon Mangrove.
Kami juga mengakui bahwa dengan adanya pembetitaan oleh beberapa media tersebut, sehingga pemerintah pusat juga ikut berpartisipasi untuk memberikan bantuan berupa bibit kepada kami dan komunitas trabaser untuk ditanam sekitar lokasi sepanjang pantai ule sebagai bentuk komitmen bersama menjaga lingkungan,"Pembertaan dari media beberapa waktu kemarin sudah Kementrian Lingkungan Hidup dan kementrian Kelautan mengetahuinya, bahkan kamipun diperintahkan langsung untuk segera tinjau lakosi yang dimaksud dan kamipun telah melaporkan kembali ke pusat hasil survei kami saat ini" tutup Haris. Kupas Bima (001*/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berikan Tanggapan Terkait Berita
Gunakan Bahasa yang tidak Mengandung Sara,Porno,Intimidasi dan Pelecehan.