KUPASBIMA.BIMA- Pulau Ular merupakan Salah satu pulau yang berada di tengah perairan bagian timur wilayah kecamatan Wera. Pulau ini juga bersebelahan dengan dua obyek wisata daerah kabupaten Bima, yaitu pulau Gilibanta dan Tolowamba. Pulau ini merupakan habitat bagi populasi ular laut dengan keunikan warnannya putih silver dengan kombinasi hitam kilat.
Ular-ular berwarna hitam putih cerah itu sangat mempesona bila tertimpa cahaya matahari. Wisatawan sangat menyukai momen-momen menyaksikan pemandangan langka ini. Mereka tanpa ketakutan mengalungkan ular-ular besar ini di lehernya. Yang tak kalah aneh, bentuk ekor ular ini pipih menyerupai ekor ikan.
Para nelayan sering menemukannya masuk dalam jaring, namun segera dilepaskan karena mitos khusus terhadap ular tersebut. Ular ini tak bisa dibawa kemana-mana, karena akan selalu kembali ke habitatnya. Kalau tidak bisa kembali, dipercaya akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai. Karenanya, masyarakat desa sangat menjaga kelestarian satwa itu. Ungkapnya Kepada Media ini.
Pulau Ular dapat dijangkau dengan jarak tempuh lebih kurang 60 menit perjalanan dari Kota Bima dengan menggunakan transportasi darat. Setelah tiba di Desa Kalo Kecamatan Wera, selanjutnya untuk menuju Pulau Ular, anda harus menggunakan perahu/sampan yang telah disediakan masyarakat sekitar dengan waktu tempuh 15 menit dari daratan.
Sebelum menyeberang ke pulau ini kita juga akan menemukun keunikan lain yang ada di daerah ini. Keunikannya adalah ada banyak mata air dipinggir pantai yang apabila air pantai naik maka mata air ini akan tertutup tapi anehnya air dari mata air tersebut rasanya tetap tawar seperti air yang ada dirumah warga pada umumnya. Penduduk disini menyebutnya dengan Oi Ca’ba, kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya air yang tawar.
Ular-ular di pulau ini menurut penduduk setempat merupakan jenis ular laut. Siapapun tahu bahwa ular laut termasuk ular yang sangat beracun. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, ular tersebut memang berbentuk seperti ular laut, ekornya pipih seperti ekor ikan, warnanya putih silver dan hitam mengkilat. Ketika dipegang tidak terasa licin sama sekali sebagaimana layaknya ular-ular di darat.
Kulitnya lebih terasa kesat dan bersirip seperti ikan, Walau hidup liar, mereka sangat jinak dan ramah terhadap pengunjung. Ketika dipegang mereka sama sekali tidak menggigit atau melilit. Bahkan ketika dipegang dalam jumlah yang cukup banyak, ular-ular tersebut tetap jinak. Ungkap Rahma.
Di balik keunikan pulau ini menyimpan sebuah mitos. Orang-orang disekitar pulau mengatakan bahwa asal mulanya pulau tersebut berasal dari sebuah kapal belanda dulu yang ingin datang ke Bima kemudian orang-orang sekitar mengutuk kapal itu menjadi sebuah pulau dan ular-ular yang menghuni pulau tersebut adalah ular jadi-jadian yang bertugas untuk melindungi pulau tersebut.
Sementara dua pohon kamboja yang berada di atas pulau itu dikatakan sebagai tiang dari kapal belanda tersebut, Ular ini tidak bisa dibawa kemana-mana. Kalau ada yang membawanya keluar dari daerah itu, ular tersebut akan segera kembali ke komunitasnya lagi. Kalau tidak bisa kembali, dipercayai akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai, makanya masyarakat desa sangat menjaga kelestarian satwa itu.
Masyarakat Desa Pai pada umumnya berharap kepada dinas pariwisata Kabupaten Bima untuk memoles dan menata keberadaan pulau ular tersebit, sehingga kedepannya akan lebih meningkatkan lagi daya tarik para wisatawan.
Tujuan dari adanya aset pariwisata ini agar semua yang dikelola dapat menghasilkan PAD bagi pemerintah daerah Kabupaten Bima. Ujar salah seorang masyarakat Desa Setempat. Kupas (001*/Team)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berikan Tanggapan Terkait Berita
Gunakan Bahasa yang tidak Mengandung Sara,Porno,Intimidasi dan Pelecehan.