Wisatawan Yang Mau Uji Adrenalin Mari Ke Tempat Wisata Tanjung Langgudu - KUPAS BIMA

Headline News

Senin, 15 Oktober 2018

Wisatawan Yang Mau Uji Adrenalin Mari Ke Tempat Wisata Tanjung Langgudu


BIMA_KUPAS BIMA. Tanjung Langgudu merupakan salah satu daerah pariwisata Kabupaten Bima berbatasan langsung dengan samudera Hindia.

Tanjung Langgudu berada tepatnya tempat pariwisata bersebalahan dengan pantai Sarae Tolo di Dusun Sarae Ruma. Dari namanya Langgudu berasal dari "Kanggudu" atau batu yang tersusun.

Jika para wisatawan yang kesana, anda akan di manjakan dengan hijaunya padang rumput, birunya laut samudera Hindia dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Tempat ini sangat cocok untuk anda para wisatawan yang menyukai wisata adrenalin karena ada puncak tanjung langgudu yang akan jejali dengan jalan setapak nan curam.

Bebatuan yang tersusun dengan begitu rapi dan curam ini yang akan anda nikmati sebagai bentuk uji adrenalin anda. Kalaupun anda ingin berlibur dengan para sahabat dan keluarga jangan lupa mampir di tempat ini.

Sudah keliling cari jodoh dan belum dapat-dapat juga? Tenang saja, cobalah jalan-jalan ke Tanjung Langgudu yang oleh masyarkat setempat disebut Tanjung Jodoh di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pemandangan di Tanjung Langgudu yang berada di seberang teluk Waworada, Bima memang indah mempesona. Untuk sampai ke tempat nan eksotik ini memang tidak mudah, perjalanan dengan menggunakan perahu motor menuju ke tanjung jodoh ini memakan waktu sekitar tiga jam dari dermaga Desa Rompo, Kecamatan Langgudu. Tanjung ini juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 12 kilometer dari desa Karampi atau Sarae Ruma.

Lalu apa hubunganya dengan jodoh? Kenapa disebut Tanjung Jodoh.

Konon, pada masa lalu tanjung ini memiliki kenangan sejarah bagi warga Langgudu dan sekitarnya. Di tanjung inilah, muda mudi Langgudu pada masa lalu mendapatkan jodoh.

Dulu, ada satu tradisi yang hidup di tanjung ini yaitu tradisi Olo. Tradisi ini adalah tradisi berpantun dan bersyair di antara muda mudi yang dilaksanakan pada setiap bulan purnama ke-14 hingga ke -15 setelah panen. Romantis kan?

Saat itulah, muda mudi Langgudu dan sekitarnya berbondong-bondong menuju Tanjung Langgudu. Mereka membawa perbekalan dan perangkat untuk menginap. Di bukit-bukit kecil di Tanjung Langgudu, mereka berpantun dan bersyair sambil memukul kentungan dari bambu atau yang dikenal dengan Katongga O’
Kesenian Olo hidup bersama Keindahan Teluk Waworada.

Kesenian olo adalah tradisi berbalas pantun. Ada 4 nada dan jenis pukulan yang dimainkan dengan memukul Kentongan yaitu Danda Wawo, Karete, kadodi, Tonji Tauwaga. dan Lampa Karumbu. Olo secara harfiah berarti mencabut atau melepaskan. Jadi Olo adalah melepas masa lajang.

Selepas Olo biasanya muda mudi Langgudu melapor kepada aya bundanya bahwa mereka sudah bertemu jodoh di Tanjung Langgudu. Olo merupakan acara pesta panen.

Olo akhir-akhir ini mengalami stagnan. Sayangnya, saat ini kesenian Olo ini mulai tidak diminati oleh generasi muda.

”Generasi muda kurang tertarik mempelajari dan menekuni kesenian ini. Mereka hanya jadi penonton ketika setiap pagelaran kesenian Olo digelar. Mereka tidak tertarik untuk mempelajarinya.” Ungkap Mas Imo, salah seorang ibu asal Desa Karampi. Perlu terus proses regenerasi kesenian Olo sebagai warisan budaya teluk Waworada. Kupas (imink*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berikan Tanggapan Terkait Berita
Gunakan Bahasa yang tidak Mengandung Sara,Porno,Intimidasi dan Pelecehan.

Pages